Rubrik Kerdip Lentera merupakan wadah karya bagi seluruh warga SMKN 1 Bojonegoro. Rubrik ini akan terbit pada akhir pekan. Silakan menulis puisi, cerpen, komik, maupun karikatur dikirimkan ke tim Jurnalis. (ilustrasi:pngtree.com)/vol.6
Salam Sastra, berikut ini adalah cerpen karya sahabat kita Nadia Aulia Rivera dari kelas X AK 3, Selamat Menikmati!
Perjuangan Si Ani
Pada suatu pagi hari yang cerah hawa dingin menusuk hingga ke tulang, burung-burung berkicau, suara ayam berkokok saling bersautan, dan Sang Surya masih malu menunjukkan sinarnya.Seorang remaja berjalan dengan kaki terseret menahan beban yang ada di punggungnya. Terdapat makanan-makanan siap saji maupun sudah jadi yang digendongnya untuk ia jual. Bukan hanya beban dagangan ia juga memikul beban sebagai tulang punggung keluarga. Pada saat anak seusianya semangat belajar justru ia semangat berkerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sandalnya yang tipis ia gunakan untuk berjalan sepanjang 3 km. Mungkin jika anak lain akan malu menjadi dia. Tetapi menurut gadis itu ia tidak malu sedikitpun bahkan ia bangga bisa menjadi seorang yang pekerja keras.
Ani nama gadis tersebut, seorang gadis yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ia juga menjadi yatim sejak ia berumur 10 tahun. Beban tulang punggung keluarga yang saat itu harusnya dipikul oleh ayahnya berganti dipikul oleh ibunya dan kini ia yang harus menanggung beban tersebut. Kini ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga sudah tidak sanggup mencari nafkah untuk keluarga dan dengan ikhlas Ani menjadi pengganti ibunya. Saat ia sampai di desa tetangga matanya tak sengaja menangkap sosok yang ia kenali. Dengan gembira ia berjalan menuju sosok tersebut
“Hai Fin!” sapa Ani.
“Oh hai!” ucap Fina cuek.
“Kamu mau berangkat sekolah ya?” tanya Ani basa basi.
“Udah jelas pakai seragam sekolah ya, mau sekolah lah,” ucap Fina memutar bola matanya.
“Emangnya kek kamu, miskin mana mungkin bisa lanjutin sekolah. Riwayat sekolah aja cuma sampai SMP, huh!” Fina mengibaskan rambutnya yang hitam lurus.Ani hanya bisa menunduk menatap sandal jepitannya yang sudah usang. Tak terasa buliran cairan bening menetes membasahi pipinya yang chubby.
Seorang wanita paruh baya menghampiri mereka, ia adalah ibu dari Fina.
“Astagfirullah kamu Ani kan?” tanya ibu Fina.
“Anaknya almarhum Pak Dahlan,” sambungnya lagi.
ilustrasi: dewiku.com
Ani segera menghapus cairan bening yang menggenang di pipinya. Ia segera meraih tangan wanita paruh baya tersebut untuk diciumnya.
“Kamu gak sekolah nak?” tanya ibunya Fina.
Ani hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai tanda ‘tidak’. Ibunya Fina menatap sendu Ani, matanya tak sengaja menangkap apa yang di gendong oleh Ani.
“Itu apa ya?” tanya Ibunya Fina.
“Makanan Bu, mau saya jual,” jawab Ani dengan suara parau.
Ibunya Fina segera mengerti apa yang membuat gadis ceria tersebut menjadi sedih. Matanya menatap tajam ke anak sulungnya.
“Wah jadi kamu jualan, sini Ibu mau beli.” Ani yang mendengar ucapan wanita paruh baya itu menjadi senang kembali.
“Boleh Bu, mau beli makanan yang mana,” ucap Ani menurunkan barang yang ia bawa.
Ibunya Fina mengambil beberapa bungkus makanan dan menyerahkan selembar uang merah. Ani mencari uang kembalian dan ternyata ia tidak mempunyai uang sepeserpun.
“Maaf Bu tapi uang kembaliannya tidak ada. Nanti siang kalo ada uang kembaliannya saya anterin deh, Bu.” Ibunya Fina tersenyum mendengar ucapan Ani.
“Sudah tidak apa-apa. Kembaliannya buat jajan kamu aja.” Ani yang mendengarnya segera memeluk tubuh wanita paruh baya tersebut.
“Terimakasih Bu, terimakasih banyak.” Fina yang mendengar ucapan terimakasih Ani merasa jengkel dan segera menarik tangan ibunya menjauh dari Ani.
Ani yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecut. Dan ia segera menggendong kembali barang dagangannya.Sesampainya di tempat wisata yang sangat ramai tempat ia biasa berjualan. Ia segera menata dagangannya. Disini lumayan orang yang akan membeli makanannya, dikarenakan tempat ini lumayan ramai pengunjung.Seharinya ia bisa mendapatkan uang sekitar 150 ribu – 200 ribu yang cukup untuk makan saja. Ia hanya bisa menunggu pelanggan sembari menulis cerita di buku hariannya, yang selalu ia bawa kemana saja. Buku hariannya itu yang selalu mau menemaninya setiap waktu tanpa memandang status ekonominya tidak seperti teman-temannya.
==========================================================================
PUISI YAN YAN AL JAUHARI
KATAGILA
Aku pernah berpesan
Pada Sang Penguasa hujan
Untuk melemparkan
Sepercik buih – buih dari buah awan
Pada hitam pekatnya malam
Yang merenggut binarnya bulan
Sekejab tiba gerimis rintik – rintik
Sesaat melukis bontik – bintik
Jatuh tepat pada kembang putik
Namun…
Rasaku dan rasamu
Rasa – rasanya hampir mustahil
Merasakan perasaan
Kini tinggallah risau
Dari sisa – sisa senda gurau
Diantara congkak berselubung kemilau
Tuban, 1 oktober 2022
YAN YAN AL JAUHARI, Pengampu mapel Bahasa Indonesia, penyuka sastra, dan pembina Pramuka.