
Rubrik Kerdip Lentera merupakan wadah karya bagi seluruh warga SMKN 1 Bojonegoro. Rubrik ini akan terbit pada akhir pekan. Silakan menulis puisi, cerpen, komik, maupun karikatur dikirimkan ke tim Jurnalis. (ilustrasi:NYOMOTGOOGLE)/vol.10
Pembaca yang budiman, berikut ini marilah kita nikmati hasil karya dari siswi jurnalistik. Puisi-puisi yang sarat makna, membidik suasana relung hati. selamat membaca.
Nizsa (X PH 2)
Oh, ini jatuh cinta?
banyak kata-kata yang bisa di sandingkan,
kala rasa kian menjalar.
jatuh itu seakan terbang,
dan aku tunduk dalam harapan.
perihalmu aku ingin tau.
adakah puan didepakmu mu?
kala ada, aku kan mengunggu.
karena itu tentang kamu.
aku tak peka akan waktu.
soal itu kamu, aku buta rasa
degup jantung penuh asmara.
tapi yang perasa hanya aku saja.
nanti lusa,
kan aku buat kamu jatuh suka
Nadia Aulia Rivera (X AK3)
Merindukanmu
Setiap malam yang aku lewati
Berdesir hening yang teramat sunyi
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Otakku, hatiku penuh tentang dirimu
Kenapa kamu selalu hadir setiap saat
Di pikirkanku?
Engkau hadir menemuiki membawa bayang-bayang
Yang sullit terhapus oleh waktu
Rindu ini begitu lirih memanggilmu
Tak bisa kutahan lagi
Semakin menjadi-jadi
Hatiku selalu memanggilmu
Mengharapkanmu
Setiap saat
Setiap menit, detik, maupun sekon
Setiap peristiwa yang aku lewati
Setiap tempat yang aku lalui
Terlintas akan bayang-bayang tentangmu selalu
Di antara sunyi-sunyi yang mengikutiku
Dan sinar malam yang begitu tenteram
Ada cinta yang begitu dalam
Sedalam samudra
Semakin hari semakin dalam
Ada yang selalu menyala namun tak pernah padam.
Ria Julia (X AK 3)
Kanvas dan Kuas
Tak bosan-bosan kulukiskan anganku
Dalam semburat warna jingga
Dalam angan tanpa asa
Aku tak butuh hijau toska
Aku butuh jingga kukata
Tak apa
Aku suka melukis jingga
Diiringi lagu pilu kala itu
Melebur segala ragu dalam kalbu
Melinda Retno A (X MP 2)
Menggenggam Cahaya dalam Redup
Cahaya bulan memendar begitu cantiknya
Kuambil segenggam ‘tuk ku simpan
Malam terlalu redup untuk kubuka segenggam cahaya itu,
Masih redup
Berapa banyak kiranya kah genggaman yang harus daku ambil kembali agar redup menjadi pendar?
Sang Tuan menjawab tidak menahu
Menghembuskan napas kecewa dalam relung hulu
Dalam benak daku menaruh asa tuk menjadi pendar,
Jiwa……raga……
Pendar yang senantiasa sumunar sepanjang masa